Hai, welcome back !! di entri baru saya ini, saya mau menceritakan tentang cinta.. cinta yang sedang saya alami sekarang.. Sebenarnya saya beniat bikin blog ini bukan untuk tempat curhat, tapi entah kenapa, saya tidak sanggup menanggungnya sendiri.. saya butuh cerita, butuh saran, butuh masukan, butuh support... so, kalo kalian semua mau memberikan itu semua, just email me or text me :)
i am still in love with my ex... still in love with my dee, yeah Dee is my dear, Denny..
Di bulan maret ini, hubungan yang berjalan lebih dari 3tahun harus di akhiri, yaa kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini.. Harus :'(
Semua masalah ini, saya yang memulainya, saya yang salah, sampai akhirnya kesalahan saya ini harus berakhir seperti ini..
Saya adalah perempuan yang egois, egois terhadap pacar sendiri. Saya orang yang mempunyai terlalu banyak mimpi dan harapan, saya perempuan yang egois karena jadi menuntut Dee untuk menjadi seperti saya. Semua hal yang ada dalam hidup saya harus di rencanakan, saya mempunyai banyak target, dan saya perempuan yang tidak bermain-main dengan waktu.
Saya berbeda dengan Dee, dia orang sabar yang setiap hal dalam hidupnya dia serahkan pada nasib & takdir. Dia selalu bilang sama saya 'semua yang ada sudah di atur Tuhan, biarkan semua berjalan seperti air'. Saya sependapat dengan apa yang dia katakan, tapi saya dan dia mempunyai jalan yang berbeda untuk mendapatkan nasib&takdir itu.
Dengan hal sepele seperti itu, entahlah kenapa saya selama ini lebih 'menguasai' hubungan ini, apa yang saya mau, apa yang saya inginkan, semua yang dilakukan harus sesuai dengan keinginan saya, saya tidak memaksa, saya tetap bertanya, tapi Dee selalu bilang terserah, iya, dan tidak apa-apa. Salah kah saya? Saya bilang sama Dee, kamu mau apa, ingin melakukan apa, apa mimpi kamu? Dee selalu menjawabnya, tapi dia tidak pernah terbuka dengan saya, saya menyadari, hubungan ini tidak mungkin hanya saya yang menguasai, tapi Dee juga harus menguasainya.. Supaya kita bisa berjalan beriringan...
Hingga akhirnya, saya terkesan membatasi segala hal yang dia lakukan, pergaulannya, kegiatannya, semuanya. Dee marah, karena saya selalu tidak mengizinkan dia keluar rumah untuk menginap di kampus, saya tidak suka Dee bergaul dengan teman-temannya sekarang, saya tidak mau Dee terus berada di lingkungan organisasinya..
Saya tidak suka, karena saya punya alasan.. Saya punya mimpi dengan dia, saya mau dia menjadi mapan...
Saya dan Dee tidak seumur, Dee 4 tahun lebih tua dari saya, dan sampai sekarang di saat saya kuliah semester 6, Dee belum lulus kuliah. Dee tidak bodoh, dia pintar dan rajin. Hanya saja, lingkungan & pergaulan yang membuat dia seperti itu. Salah kah saya kalau menginginkan Dee untuk fokus sejenak, menyelesaikan kuliahnya? Salahkah saya mengharap yang lebih dari pacar saya? Saya melakukan itu semua untuk membantunya, bukan untuk menghalanginya.. Saya membantu apa yang diinginkan orangtua nya, saya membantu diaa.. tapi Dee tidak suka, Dee menganggap saya buruk, dia menganggap saya salah...
Saya menagis, saya tulus ingin membantu dia, tapi dia tidak menyadari itu semua.. Saya sabar, saya tidak marah ketika Dee bilang seperti itu. Saya memutar otak, saya mencari jalan lain untuk membantu Dee. Tapi nihil, itu semua tidak bisa, Dee tetap pada pendiriannya bahwa dia punya jalan sendiri dan jalan itu bisa dia lakukan tanpa saya...
Saya menangis lagi, tapi saya tetap sabar.. Saya sabar dan iklas jika memang harus seperti itu. Asalkan Dee berubah, Dee fokus, dan Dee lulus... Dan, suatu ketika pertengkaran itu di mulai...
Di awal bulan desember 2010, saya menghubungi mantan kekasih Dee, sekedar untuk sharing, tidak lebih. Kami chatting berjam-jam, dan hasilnya saya save di laptop saya. Ketika saya mengunjungi Dee di Makassar, saya memperlihatkan semuanya, agar Dee tidak marah. Dee membacanya, dan dia tidak keberatan dengan isinya. Ah, senangnya saya...
Bulan terus berlanjut, di akhir Februari 2011, Dee marah besar sama saya, dia marah, emosi, dan kehilangan kontrol. Dee menghina saya, dia membentak saya layaknya saya adalah musuh besarnya, dia berkata kasar sama saya. Yaa, mantan kekasihnya itu menceritakan isi obrolan saya dengannya kepada sahabat-sahabatnya di Makassar. Nama Dee jadi jelek, dia seperti mendapat tamparan di siang bolong, dan Dee menyalahkan saya sepenuhnya. Saya juga marah sama dia, karena dia menghina saya, tapi saya tau saya salah karena melakukan hal bodoh untuk cerita dengan mantan kekasihnya. Dee pernah bilang, dia benci sekali dengan mantanya itu. Dan saya bodoh !! saya bodoh sekali !!! Saya minta maaf sama Dee sampai saya sendiri bingung harus melakukan apa supaya Dee memaafkan saya..
Saya marah sama Dee, tapi saya lebih marah sama si H (mantan Dee). Saya sangat marah denganya, walaupun status dia mantannya pacar saya, tapi saya menghargai dia, saya tidak pernah menyimpan benci atau marah dengan siapapun. Jadi saya menghargai H sebagai teman saya dan Dee. Saya tidak tau apa yang H pikirkan sampai harus menceritakan hal itu dengan orang lain. Apakah H juga menyimpang benci dengan saya? Entahlah...
Dengan adanya masalah ini, saya jadi mendapat pelajaran sangat berharga, bahwa saya harus lebih dewasa, harus tau siapa saja orang yang bisa saya bagi, saya tipe orang yang terbuka, tapi saya juga harus milih-milih, tidak asal terbuka. Yaa, itu yang saya pelajari. Terimakasih H, dengan kebodohan saya, saya bisa belajar. Tuhan Maha Adil, karena memberikan saya kesempatan untuk belajar.
Masalah hubungan saya tidak sampai disitu, walaupun akhirnya kami memutuskan baikan, tapi Dee berubah, dia jadi tidak 'semanis' dulu.. Dan suatu hari dia mengatakan dia ingin Break. Kalian tau break itu apa? saya benci break, saya tidak suka itu dari dulu, dan kenapa Dee yang harus pertama kali bilang minta Break, apa itu break? istirahat? untuk apa? kami sudah baikan lagi, dan kenapa harus break lagi??
Saya tidak sanggup berfikir tentang itu, ketika Dee memintanya, saya pasrah, dan bilang iya, saya terlalu capek memikirkan ini, belum lagi tugas kuliah, saya punya banyak hal yang harus di kerjakan.. Saya capek..
Dan kami break satu bulan..
Tidak sampai 1 bulan, tepatnya baru 5 hari, saya menguhubungi Dee, 5 hari itu membuat saya banyak berfikir dan akhirnya saya berkesimpulan untuk mengakhiri hubungan ini.
Kami terlalu berbeda, kami tidak sejalan, dan saya terlalu egois untuk bersama pria sabar seperti Dee. Saya menceritakan semua ini ke orangtua saya, mama & papa saya, saya ceritakan apa yang terjadi, dan orangtua saya memberikan saya masukan yang sangat membantu saya. Beliau menenangkan saya, menasihati apa yang seharusnya saya lakukan, saya cinta orangtua saya...
Akhirnya saya memberanikan diri menghubungi Dee, saya memberitahu rencana saya dengan baik, agar Dee tidak tersinggung, tapi setelah Dee tau, dia tidak mau kalau hubungan ini berakhir, katanya Dee terlalu sayang dengan saya, dia tidak mau hubungan ini putus hanya karena masalah ini, dia sangat tidak mau. Tapi, saya punya prinsip dan pendirian. Saya tidak mau mengecewakan Dee terlalu lama, saya tetep pada prinsip saya bahwa saya ingin putus. Dan saya harus menunggu jawaban Dee 5 hari kemudian...
Sejujurnya, orangtua saya belum sepenuhnya merestui saya, walaupun saya melihat bahwa beliau sangat sayang dengan Dee. Setiap orang tua menginkan yang terbaik untuk anaknya, apalagi saya anak perempuan pertama di keluarga, terlalu banyak impian orang tua saya yang harus wujudkan.. Di umur Dee yang ke 24 ini, maaf aja, dia belum jadi apa-apa, lulus kuliah belum, kerja belum, bisnis tidak ada. Dia terlalu sibuk dengan organisasi di kampusnya, Dee belum sepenuhnya fokus untuk menyelesaikan kuliah, dan dia belum memiliki jiwa kerja keras yang selama ini ortu saya inginkan.
Saya tidak ingin berjalan tanpa restu penuh dari ortu saya...
Yah, dan selesai sudah hubungan ini. Berakhir di 2 maret 2011. Dee akhirnya menerima keputusan saya, walaupun dengan berat hati.
Saya menangis, Dee menangis, kami menangis bersama-sama di line telfon. Saya menangis karena harus berpisah dengan Dee, Dee menangis karena dia menganggap hubungan ini hebat, 3 tahun kami LDR, Dee sangat meyayangkan itu..
Yah, Dee orang pertama yang bisa membuat saya menangis semaleman dan berhari-hari, Dee orang hebat yang saya kenal, Dee terkenal dan dia ahli membuat puisi. Dee pernah membuatkan saya puisi waktu saya SMA, saya masih menyimpannya sampai sekarang, terakhir kali bertemu, dia membuatkan saya sebuah surat kecil di buku yang saya berikan untuknya, dia bilang dia bersyukur memiliki saya... Dan saya juga bersyukur pernah memiliki kesempatan dengan Dee..
Saya perempuan biasa, yang tidak tau siapa jodoh saya nanti. Saya bilang sama Dee, hubungan ini bisa berakhir tapi silaturhami tidak akan pernah berakhir. Dee pernah bilang, dia akan menikah dengan saya, hehee.. dan saya selalu meng-amini nya.
Terakhir saya bilang, Dee bisa datang kepada saya kalau memang Dee serius, datanglah ke orang tua saya, dan mintalah agar saya menjadi istri nya.. Ya, saya begitu karena saya juga tidak tau siapakah yang akan bersama saya nantinya, Dee kah atau pria lain.. Saya hanya berdoa pada Allah, bahwa saya pasrah dan berserah diri pada-Nya, saya hanya meminta yang terbaik untuk hidup saya, saya yakin Allah akan mengabulkan nya...
Sekarang, waktunya saya untuk bangkit, it's time to me to move on ! move up ! and cheer up !! Yaa, memang tidak mudah, setiap saat saya ingat dia, saya masih sering menangis, sering banget.. tapi saya punya waktu, saya tau kapan kesedihan ini harus berakhir. MOVE ON !!!!