"Kalian pacaran 4 tahun, suka duka pacaran telah kalian lalui bersama. Mulai dari masalah kecil, masalah besar, putus sambung, semua kalian hadapi sama-sama. Ego dari pasangan kalian juga sudah kalian ketahui, kalian maklumi, intinya baik sifat jelek maupun baik dari pasangan kalian sudah kalian rasakan. Kalian menerima segala kekurangan pasangan, begitu juga dengan segala kelebihannya.
Disuatu hari, kalian bertemu, bercerita, curhat, bisa sambil makan, sambil nonton dvd dirumah, sambil belajar, pokoknya saat itu kalian bersama dari pagi hingga malam hari. Dalam sela-sela obrolan kalian, pacar kalian mengatakan "aku janji, suatu hari nanti aku akan datang ke orang tua mu, dan melamar mu, kemudian aku akan menikahi mu!"
Bagaimanakah perasaan kalian saat itu?
Senang, bahagia, kaget, dan berharap memang itu akan terwujud. Siapa yang tidak mau nantinya menikah dengan pacarnya sendiri? Tentu kebanyakan perempuan didunia ini ingin seperti itu.
"Tapi kemudian kamu menyadari bahwa kamu masih kuliah di semester 6, pacar kamu itu 4 tahun lebih tua daripada kamu, tapi dia juga masih kuliah. Belum memiliki penghasilan. Disaat kamu mencintai dia dengan segala kekurangan dan kelebihan nya, ada pihak lain yang menuntut mu untuk mencari yang lebih baik. Sekuat tenaga kamu meyakinkan pihak itu untuk bersabar, meyakinkan bahwa pacar kamu itu adalah yang terbaik, dan kamu begitu yakin bahwa dia akan segera lulus, bekerja, dan kemudian menikahi mu. Sesuai dengan janjinya.
Kemudian kamu bercerita dengan pacar mu tentang masalah itu, bahwa ada orang lain yang kurang setuju dengan hubungan kalian. Dengan berbagai macam alasan, mulai dari bibit bebet dan bobot. Lalu ada lagi alasan kalau ternyata orang itu meilihat pacar kamu tidak memiliki jiwa pekerja keras, tidak punya cita-cita masa depan, dan mereka khawatir masa depan mu tidak jelas. Begitu banyak alasan yang diungkapkan. Tapi dengan tulus kamu menyampaikan semua itu kepada pacar kamu. Maksudmu bukan untuk membuat nya down, tapi lebih kepada keyakinan kamu. Kamu yakin bahwa yang dikatakan orang lain itu tidak benar, dan kamu yakin kalau pacar kamu itu serius menyelesaikan kuliahnya, kemudian mencari kerja, dan akhirnya pacar kamu membuktikan janjinya.
Kalian memutuskan untuk sama-sama saling support, kamu membantunya dengan segala kemampuan mu, mengingatkannya belajar, makan-minum, dan memastikan bahwa pacar kamu itu bener-bener fokus, tanpa harus memikirkan hal lain.
Awalnya, semua berjalan lancar tidak ada masalah yang berarti. Tapi kamu merasa ada yang mengganjal, ternyata intensitas komunikasi menjadi berkurang. Akhirnya kalian agak sering berantem hanya dengan alasan komunikasi yang kurang. SMS hanya dimalam hari, telpon hanya dimalam minggu, dan tidak ada chatting & webcam. Biasanya, SMS setiap hari dari pagi-malam, telponan kapan saja dimana saja, chatting & webcam seminggu sekali. Saking cinta nya dengan pacar kamu, kamu hanya berfikir bahwa semua itu berubah karena kamu haru fokus dan serius menggerjakan tugas akhir (skripsi). Betapa senangnya kamu waktu mendengar akhirnya pacar kamu menyelesaikan tanggung jawab utamanya itu.
Lalu kamu berniat untuk menghiburnya, kamu bertanya seperti ini "lagi ngapain? kalau udah santai kita online yuk" Maksud hati adalah onlin, chatting, webcam. Tapi itu tidak dipaksa, kalau tidak sibuk laksanakan, kalau sibuk tinggal bilang next time. Dan ternyata tidak jadi, tanpa alasan yang jelas. Oke fine, tidak dijadikan masalah.
Tidak lama kemudian kamu sangat kesepian, mengharapkan mendapat kabar darinya, tapi ternyata nihil. Entah mengapa muncul perasaan kesal alias BT. Karena positive thinking, kamu hanya mengeluh dalam hati dan berharap besok dia akan mulai mengabari. Nah, ternyata benar. Keesokan harinya dia muncul memberikan kabar. Lalu yang dia katakan "Hallo, sorry yah kalau kemaren-kemaren tidak bisa kasih kabar. Aku sibuk, ada naskah puisi yang harus aku kerjakan, aku mau nampil di nikahan senior aku. Aku mau membaca puisi untuknya malam ini. Kamu lagi ngapain" Duaaaarrr!! Kamu bad mood, karena ternyata dia bukan mengerjakan skripsi melainkan membuat puisi. Dan karena itu dia sampai sama sekali tidak bisa ngasih kabar. Sontak kamu langsung BT. Marah. Kesal. Emosi. Dan kemudian dia marah karena merasa kamu tidak menghargai dia membuat puisi, padahal selama ini kamu menahan marah. Dan akhirnya kalian bertengkar via SMS, dan memutuskan untuk membicarakannya ditelpon malam ini.
Malam datang, dengan perasaan yang masih sedikit kesal, kamu mengangkatnya dan menuntut adanya penjelesan. Setelah dijelaskan, dia bilang "maaf yah, kemaren itu aku sibuk bikin puisi, sekalian aku juga curhat ke puisi." | "masa bikin puisi sampai gag inget ngubungin pacar sendiri?" | "iyah, soalnya kemaren aku gag butuh kamu sama sekali. Sebelum-sebelumnya juga aku memag gag butuh kamu sih, makanya aku gag ngubungin kamu, soalnya ada puisi." | *tutup telpon* *marah* *emosi tingkat dewa*."
Berdasarkan cerita itu, apa tanggapan mu sebagai perempuan?
Kamu selalu cerita mengenai hal tidak penting sampai hal penting sama dia, sehingga tidak ada rahasia antara kamu dengan dia. Tapi dia cenderung tertutup, jarang cerita, sekalinya cerita ya menceritakan orang lain. Kamu tanya dia juga hanya menjawab se-kena-nya saja. Oke fine, kamu menganggap dia memang sedang tidak punya hal yang harus diceritakan. Lalu, karena sibuk komunikasi berkurang, ketika rasa kesal dan kangen bercampur aduk ternyata kamu tau kalau ternyata dia sibuk dengan hal lain dan mengatakan dia itu sebenernya dari awal gag butuh kamu. Bayangkan!
Disaat tingkat 'ketergantungan' kamu sama dia begitu besar, tapi dia sama sekali tidak 'ketergantungan' sama kamu.
Lalu dia minta PUTUS.
aneh? banget?
Dengan hati yang tercabik-cabik, kamu marah tapi dia membalas dengan putus. Dengan hati yang tidak jujur, dengan perasaan galau, dengan kekacauan hidup lalu kamu meng-iya-kan semuanya.
dan berakhir lah sebuah hubungan.
Hubungan yang kalian bangun selama bertahun-tahun dengan serius, dengan banyak mimpi dan cita-cita bersama. Dengan segala apa yang pernah kalian lakukan bersama, kenangan yang indah yang tak pernah terlupakan, semua itu sirna hanya karena permintaan konyol itu.
Dari sini kita sama-sama belajar bahwa cinta itu tidak pernah kekal abadi. Dan jangan kamu percaya sepenuhnya sama seorang pria, karena pria punya berjuta alasan untuk menutupi segala kesalahanya. Jadi lah seorang pacar yang sama-sama saling mengisi satu sama lain. Pasangan yang sama-sama membutuhkan. Dan betapa pentingnya memahami bahwa Long Distance Relationship itu tidak mudah, dan sebelum memulainya berfikirlah terlebih dahulu.
Dan jangan pernah mencoba melupakan seseorang, karena semakin kita berusaha melupakannya, semakin susah. Berusahalah untuk tidak mengingatnya dalam setiap kejadian.
If you wanna forget someone, you have to let someone help you. Believe, there's always someone who's ready to love you better.
Successful relationships are based on trust, honesty, love, tolerance, sharing and forgiveness
You can’t forget a person you love no matter how much you try. It is impossible unless you learn to love somebody else
Love,
Alinda Rachmayani Permana