Keyakinan ini penuh dan aku harus memastikan.
Hari itu, mungkin hari terberat yang akan aku jalanin. Akan mencoba seperti biasa namun penuh apa-apa. Tapi mencoba biasa walau sebenarnya tidak biasa.
Menikmati dingin nya ujung kota dengan mu adalah sebagian dari harapan. Kemudian, Tuhan mengizinkan.
Dalam perjalanan, hati dan pikiran tak henti terus bergejolak. Berubah positif dan negatif. Bergerak maju, jalan ditempat, atau mundur menghindari jurang hati.
Apa yang aku ucapkan, bukan yang aku pikirkan.
Apa yang aku pikirkan, sulit di ucapkan.
Ya. Aku lebih memilih untuk mundur. Aku mundur karena tidak ingin menangis menerima kenyataan. Aku merasa nyaman, aku tidak mau semua kenyamanan ini berakhir malam itu. Dan aku pulang dengan penuh tanya yang tak terjawabkan. Ah, tidak. Memang aku tidak ingin mengetahui jawaban.
Dingin nya malam itu dan sepi nya ruang ini, membuat nya tertahan untuk tetap diam dalam dekapan. Rasa senang tak kuasa membelenggu relung hati ini. Dan aku sangat bahagia. Tapi, akankah kebahagiaan ini hanya sampai malam ini?
Dini hari menyambut, lalu dia tetap disini menemaniku yang sendiri. Aku ingin waktu terhenti dan jangan munculkan mentari. Agar dia disini selalu bersama ku menghabiskan hari ini...
Seketika, kami hanya saling diam dan menatap layar hitam. Lalu, aku mendengar suara yang begitu keras namun bergetar. Bertanya akan isi perasaan, harapan, dan keinginan.
Aku tidak tau.
Sesungguhnya ini membingungkan ku.
Aku tak kuasa menahan senang, sedih, dan gundah yang menajdi satu.
Tapi aku cinta..
Aku rindu akan sentuhan tangan nya. Menyentuh dan mencoba meyakinkan hati yang gundah ini. Dan aku tetap tidak tau..
Perasaan ini terlalu membingungkan.