Hai readers, tanggal 20 december kemarin
saya berlibur ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Ya, Yogyakarta selalu
menjadi kota paling istimewa buat saya. Istimewa karena kota ini
menyimpan beribu kenangan dan berjuta tempat wisata. Salah satu tempat
wisata yang dari dulu membuat saya penasaran adalan Wisata Merapi.
Wisata ini dimulai sejak terjadinya erupsi merapi alias meletusnya
gunung merapi. Karena kejadian itu, banyak sekali rumah-rumah warga
yang hancur dan tertutup debu abu vulkanik dari gunung tersebut. Selain
rumah yang pada hancur, banyak juga korban yang meninggal. Salah satunya
juru kunci merapi yang juga abdi dalem Keraton Ngayogyakarta yang tak
lain dan tak bukan adalah Mbah Maridjan (ROSOOOO) !!
Jam
10.30 pagi Tees menjemput saya di kost-an temen saya di jalan kaliurang
km 7. Karena tidak tau medan nya seperti apa, saya hanya menggunakan kaos
dan jeans tanpa membawa jaket. Saya fikir, jogja itu panas jadi tak
perlu jaket. Perjalanan dimulai dengan bercerita-cerita sekilah tentang
merapi. Tees sudah pernah kesana, ya jelas karena dia tinggal di Jogja
dan dia juga pernah memberikan bantuan langsung ke masyarakat di sana.
Seengaknya, saya pergi bersama orang yang tau lokasi. Karena waktu saya
tidak banyak di hari itu, saya memutuskan untuk wisata sebentar saja, sekedar
naik, foto-foto, dan mengunjungi rumah Mbah Maridjan.
Ternyata,
perjalanan saya diluar dugaan. Memasuki jalan kaliurang atas, cuaca mendung
dan dingin menyambut kedatangan saya. Bbbrrr dingin sekali, kesana tanpa
membawa jaket itu fail banget. Tapi yasudah tidak terlalu penting, yang
penting sampai dan melihat keindahan merapi. Tees memberikan penjelasan
banyak tentang merapi, dimana tempat evakuasi, tempat lahar merapi,
desa-desa yang dulu terisolasi, kali-kali yang rusak, dll. Wooww semakin
penasaran seperti apa merapi itu. Untuk masuk ke kawasan merapi, setiap
pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000,- per orang dan
pengunjung akan disuguhi pemandangan desa-desa yang belum semuanya
pulih.
Sampai
lah saya dan Tees di tempat parkir wisata merapi, untuk parkir motor harus membayar
Rp 2.000,- dan mobil Rp 4.000,-. Kami harus memarkirkan kendaraan
pribadi karena untuk naik ke atas hanya boleh menggunakan kendaraan yang
sudah di siapkan warga. Hitung-hitung sih untuk pemasukan warga
sekitar. Setiap kendaraan yang ada bisa disewa, mulai dari mobil jeep,
motor trail, dan motor bebek biasa. Kalau tidak ingin menyewa kendaraan,
setiap pengunjung bisa berjalan kaki ke atas kira-kira 1km saja. Ohya,
setiap pengunjung harus berhati-hati karena jalanan licin dan dipinggi
jalan langsung jurang. woow menyeramkan yah, tapi kalau dilihat langsung
malah menyenangkan karena begitu indah.
yeaaay,
ini lah setengah puncak dari merapi. Indaaaahh sekaaalliii.
Keindahannya membuat udara yang dingin menjadi hangat. Hahahaa beautiful
merapi. Tapi sayang, kemarin tertutup kabut tebal jadi keindahannya
berkurang sedikit.
Foto disebelah
itu tepat di tengah-tengah, kalau tidak kabut kita bisa naik ke atas dan
sampai ke puncak. Hmm sayang sekali yah sudah sampai sana tapi tidak ke
puncak. Tandanya next time, saya harus ke merapi lagi untuk melihat
gunung ini lebih dekat. Let's join!
Setelah
menikmati keindahan setengah puncak itu, saya lanjutkan menuju desa
Mbah Maridjan, tempat nya tidak terlalu jauh dari puncak. Setiap
pengunjung harus berhati-hati, sebab jalannya belum bagus dan banyak
sekali gumpalang pasir. Kalau hujan udah mirip lumpur. Kyaaa!
Sedih nih. why? lihat rumah si mbah yang udah rata ama tanah yang tertutup abu.
Ga
heran sih, karena letak rumah mbah dengan merapi cukup dekat. Udah gitu
si mbah pake acara ga mau ngungsi dari merapi jadi ya dengan sangat
sedih ikut menjadi korban. Foto dibawah ini yang di atep-in, itu adalah
tempat dimana mbah maridjan ditemukan.
Ada
lagi yang menyedihkan, yaitu ketika melihat mobil apv yang digunakan
untuk evakuasi, malah hancur, gosong terkena abu panas. Alhasil
menjadikan 2 wartawan meninggal saat kejadian.
Cerita tentang meninggalnya kedua wartawan ada disini, semoga tetep bisa kebaca yah.
Berhubung
saat kesana malah hujan deras, alhasil saya dan tees harus menunggu di
warung kecil milik mbah putri yang juga istri dari adik mbah marijan.
Dari warung itu terlihat jelas gunung merapi yang berdiri tegak dan
gagahnya. Sungguh keindahan alam yang Allah ciptakan. Amazing!
Setelah
lama menunggu hujan yang tak kunjung reda, ternyata disekitaran merapi
mengeluarkan asap yang ternyata dari belerang. Asap itu semakin lama
semakin besar dan menggumpal di awan. Kemudian tees menanyakan penyebab
dari asap tersebut kepada mas-mas petugas yang khusus mengontrol keadaan
merapi. Dari penjelasan nya, ternyata hujan deras menyebabkan belerang
yang ada dilereng gunung naik sehingga asap belerang menyembur ke atas.
Dan juga efek lainnya bikin ada aliran ke kali-kali di sekitar merapi,
seperti kali kuning, kali gendol, dll.
Ohyaa,
ada yang bikin saya cengok lagi. Ada masjid yang deket banget sama
rumah mbah maridjan, tapi masjid itu sampai sekarang masih bagus dan
utuh. Hanya bagian depannya saja yang rusak, selebihnya masih bagus. Oh
benar-benar keajaiban.
Hiuhh.
Menyenangkan sekali wisata alam kali ini di merapi. Rasa penasaran saya
seperti sudah terbayarkan. Tapi next time saya masih pingin ke merapi lagi,
penasaran pengen bisa sampai ke puncak merapi. Lain kali, saya ga akan cuma
berdua kesana, seengaknya saya akan mengajak temen-temen dari bandung yang
juga pengen liat merapi. Btw, sebelum saya pulang saya sempat memotret
beberapa testimoni dari para pengunjung merapi.
Just
for info juga, ada foto-foto tentang juru kunci merapi yang ternyata
turun temurun dari bapaknya mbah maridjan, mba maridjan, dan adeknya si
mbah. wooow!
Semoga
setelah membaca ini, temen-temen yang baca bisa tertarik ke wisata
merapi. Supaya kita bisa lebih menghargai alam dan juga secara langsung
membantu perekonomian warga sekitar lereng merapi. Happy holiday, guys.
Love, Alinda Permana